Kamis, 28 Februari 2013

“Diet Sesat ”


Oleh: Syarifah Zainab

Kost penuh dengan makanan pasca dua minggu lebaran. Puasa mempertajam insting ngemil para penghuni Tulips’s, tak terkecuali aku. Makanan mulai dari Aceh, Surabaya, Tuban, hingga Kalimantan tersedia bak toserba di Pasar Besar.
Formasi Tulip’s lantai dua lengkap. Tapi, kemana Findi? Penghuni kamar nomor delapan tidak hadir di acara Camilan Nusantara Party ini.
“Findi keluar, ya? tanyaku.
“Nggak, Mbak. Tadi ada di kamar kok,” jawab Arga, adik kostku.
“Kok nggak ikut makan-makan?” tanyaku lagi.
“Findi lagi diet, Mbak. No Dinner, No nyamil,” lanjut Riski.
“Wah, sayang banget. Padahal ini adanya cuma setahun sekali,” kali ini Wahyu menimpali, sang penakluk kamar nomor enam.
“Rugi…, rugi banget,” sambung Hesti.
***
Pukul 22:15 WIB, saat pintu kamarku diketuk Findi.
“Mbak, bisa minta tolong kerokin punggungku, nggak? Aku masuk angin, nih,” rengeknya.
“Ha? Waduuh.., aku nggak berani, Fin. Aku takut ngerokin orang. Nggak tega,” Jawabku sambil melongokkan wajah di pintu kamar.
            “Oh, ya udah, deh, aku minta tolong Riski aja”
            Ternyata tak seorang pun memiliki bakat ngerokin orang di kost-an Tulip’s ini. Semua sama tak teganya.
            Akhirnya aku, Riski dan Arga, ikut masuk ke kamar Findi. Sekedar menemaninya dan berbingung-ria, ini mesti diapakan. Wajah Findi tirus dan pucat tak karuan. Saran hanya satu, “Diolesin minyak kayu putih saja”.
            Cerita punya cerita di malam itu juga. Ternyata perut Findi sudah seminggu tak berkawan dengan nasi. Lambung made in Indonesia itu cuma dijatah Juice apel tiga kali sehari. Tidak berkesudahan repet panjangku. Apa-apaan ini! Kucing saja tidak akan sanggup hidup tanpa nasi!
            Belum selesai ‘orasi ilmiah’ku, Riski melirik keranjang pernak-pernik di kamar Findi.
            “Loh? Kamu masih konsumsi obat ini, Fin?” Tanya Riski, aneh.
            “Hmm.., iya,” jawab Fini was-was.
            “Sebenarnya…, tadi siang aku minum obat itu, terus kok tiba-tiba badanku kaku semua, nggak bisa gerak. Makanya aku nggak keluar kamar seharian,” lanjut Findi dengan suara lemas.
Reflek kami bertiga, aku, Riski, dan Arga, berpandangan satu sama lain. Aku rasa kami sama-sama berpikir, “Berani amat”. Obat diet itu tidak ada izin dari POM. Seharusnya tidak ada lagi alasan untuk tetap menkonsumsinya.
Kuambil kotak obat itu. “Hidup obat laknat ini harus berakhir malam ini juga. Besok pagi, angkutan sampah akan menjadi tempat terakhirnya di muka bumi,” batinku berlebihan.
Tidak selamat Findi malam ini, ‘orasi’ masih mengguyur telinganya. Tidak aku saja, Riski dan Arga pun tak kalah semangat mengayun-ayunkan spanduk-spanduk berisikan kata “Jauhkan diri dari program diet tak sehat”, sesekali meneriakkan kata setuju dengan apa yang diucapkan ‘sang orator’ (sumpah!! Berlebihan banget).
“Udah tau nggak ada izinnya kenapa masih diminum aja??!!”
“Besok mesti ke rumah sakit,” perintahku.
“Iya, Mbak,” jawab Findi lemas.
“Besok-besok, aku nggak mau dengar kamu masuk angin, kaku-kaku, pucat, gemetaran, karena obat diet,” ancamku.
“Iya, Mbak. Baru kali ini kok. Nggak mau lagi, sumpah, dah,”
“Ya, sudah. Sekarang istirahat aja,” perintahku menutup malam tragedi obat diet yang suram itu. 

Selasa, 19 Februari 2013

Masih


-Syarifah Zainab-

Memungut kisah lama
Merakitnya menjadi sebuah kotak berisikan cerita
Cerita aku punya dunia
Yang mungkin akan tertinggal, tergeletak sia-sia

Asa berpendar
Terkikis oleh kenyataan
Bahwa tak layak aku ada
Untuk membuang waktu disana

Miris hati
Detakannya kian kencang
Saat terpikir aku akan tinggalkannya
Untuk hal lain yang tak kuingin

Bolehkah?
Bolehkah aku tetap berada disana
Meraih setiap gairah mimpi
Mimpi yang takut-takut kudekati

Tak terkatakan,
Karena hanya sebatas dipikirkan
Tak tersampaikan,
Karena hanya sebatas dituliskan

Gamang dengan keharusan
Kaki tak menumpu jiwanya
Raga tak menjadi miliknya
Diri ini bukan milikku seutuhnya

 4 januari 2011- Sibreh

Minggu, 17 Februari 2013

Bukan Hanya Satria Baja Hitam Saja yang Bisa Berubah, Kawan!

-syarifah zainab-

Segalanya akan berubah karena manusia selalu mencari, menemukan, kemudian mencari kembali hingga menemukan yang benar-benar membuatnya nyaman. Sekarang, apakah perubahan itu akan mewujudkan sebuah kebaikan? Jawabannya tentu ada di dalam diri kita masing-masing.
            Manusia dilahirkan memiliki fitrah untuk menjadi baik. Tetapi tidak dapat disangkal, manusia dengan segudang nafsu yang dimilikinya juga tidak selalu dapat menghiraukan ajakan setan. Jika sudah seperti itu, lalu, buat apa akal dan perasaan yang dikaruniakan Tuhan untuk manusia? Lalu, apa artinya iman yang telah menyatu lama dalam tiap tetesan darah kita?
            Sesuatu yang baik dilihat dari sudut pandang manapun adalah baik. Tidak perlu pembenaran yang dipaksa untuk mengatakan kebaikan itu adalah salah. Semestinya manusia secara naluriah mampu menyadari hal itu. Kecenderungan manusia yang malas berpikir dan berusaha-lah yang menjadikan ia tidak mampu berpikiran ke depan. Dengki, iri, dendam, kekecewaan yang berlarut-larut, malas yang dipelihara, mengaburkan tiap celah titik terang menuju kebaikan.
            Manusia terlalu betah memelihara perasaan dan pikiran negatif tersebut. Manusia merasa sangat rendah walau hanya sekedar memaafkan dan membuka hatinya untuk orang lain. Lupakah bahwa masih ada hal yang lebih penting untuk dipikirkan, dirasakan, dan dilakukan dari pada terus berjibaku dengan berbagai keluhan, kekecewaan, dan segala perasaan serta pikiran yang tak membawa kebaikan sama sekali. Pernahkah terpikirkan bahwa dendam, iri, dengki, dan sebagainya itu menghambat hidupmu? Oh, betapa ruginya mereka yang memeliharanya. Betapa banyak waktu terbuang sia-sia. Coba kembali dipikirkan, betapa banyak peluang kebaikan yang terlewatkan hanya karena sedikit kekesalan yang ditumpuk menjadi kesakitan hati yang tak patut dipelihara itu? Ternyata kita, manusia, tak juga mengerti bahwa tiap pikiran, perasaan, dan tindakan yang kita lakukan untuk siapapun adalah tabungan kebaikan di akhirat kelak, itupun jika kau percaya dengan hari pembalasan.
            Kesalahan tak selamanya buruk karena akan membawa manusia berpikir untuk menjadi lebih baik. Kau tahu, bukan? Bahwa Tuhan Maha Pengasih, Maha Penyayang, dan Maha Pemberi Maaf. Kata terlambat adalah hanya untuk mereka yang tidak ada niat berubah. Bersegeralah karena menunda-nunda hanya akan membuat tumpul hatimu.
            Sulit untuk merubah kebiasaan, apalagi kebiasaan itu melenakan kita. Menggiurkan kehidupan duniawi yang hanya dapat dinikmati sekali saja. Ditambah lagi dengan alasan yang kita lakukan adalah tidak mengganggu siapapun dan tidak merugikan siapapun. Begitukah yang terpikirkan? Sependek itukah pikiran manusia? Adakah sia-sia Tuhan telah memerintahkan agar umatnya selalu membaca (iqra’)?
            Bacalah, bacalah setiap apa yang dilihat. Bacalah setiap langkah yang akan diambil dalam mewujudkan kebaikan hatimu, keelokan budimu, kebagusan pikiranmu. Hingga kau dapat benar-benar merasakan betapa sejuknya angin, betapa hangatnya mentari, dan betapa nikmatnya saat hujan.
Adakah kau berpikir tentang kepompong yang bermetamorfosis menjadi kupu-kupu? Mengepakkan sayapnya, memperlihatkan keelokkannya, menuai senyum dari setiap orang yang melihatnya. Sekian lama ia terkurung di dalam tempat yang gelap, namun tidaklah ia berniat untuk tetap tinggal berlama-lama di tempat sempit itu. Meskipun tempat itu memberikan kenyamanan, kehangatan, dan jauh dari kebodohan dunia.
Tidak! Ia harus keluar, karena ia punya tugas yang lebih mulia dari pada sekedar menjadi kepompong. Ia harus menjadi ciptaan Tuhan yang bermanfaat. Menjalankan tugasnya sebagai penebar kebaikan.
Bukankah begitu semestinya wahai, manusia. Adakah kau juga ingin mengepakkan sayap indahmu? Sayap kebaikanmu? Menjadi bermanfaat bagi Ayah, Ibu, Kakak dan adikmu? Hingga meluas kepada seluruh manusia disekelilingmu.
Berubahlah..
Kembangkan sayap-sayap kebaikanmu, maka langkahmu akan berarti. Rajut helai-helai senyum setiap orang yang kau temui, hingga membentuk sekumpulan mozaik yang menyatukan kembali orang-orang yang kau sayangi di hari akhir nanti.

Minggu, 06 Januari 2013

FILSAFAT YUNANI KUNO

Makalah oleh : Syarifah Zainab

  1. Latar Belakang
Filsafat lahir di Yunani pada abad ke-6 sebelum Masehi. Bagi masyarakat Yunani, filsafat bukan merupakan sebuah cabang ilmu pengetahuan seperti ilmu-ilmu pada umumnya. Bagi bangsa Yunani, filsafat adalah merupakan sesuatu yang meliputi segala pengetahuan ilmiah. Yunani merupakan tempat awal munculnya pemikiran ilmiah, sehingga dapat dikatakan bahwa Yunani adalah tempat dimana filsafat dan ilmu pengetahuan lahir. Untuk dapat lebih dimengerti, akan dijelaskan latar belakang munculnya filsafat di negeri Yunani berdasarkan ciri khas kebudayaannya.
a.       Mencari kebijaksaan
Kata “filsafat” dan “filsuf” berasal dari bahasa Yunani, philosophia dan philosophos, yang berarti pencinta kebijaksanaan. Nama filsuf pertama kalinya dipergunakan oleh Pythagoras. Tetapi kesaksian sejarah banyak tercampur dengan legenda-legenda sehingga seringkali kebenaran menjadi sulit dibedakan. Demikian juga dengan pernyataan di atas, bahwa Pythagoras-lah yang telah merumuskan sebutan tersebut. Hal yang pasti adalah bahwa nama filsafat dan filsuf  sudah digunakan pada masa Sokrates dan Plato (abad ke-5 SM). Dalam dialog Plato yang berjudul Phaidros terdapat kalimat : “Nama ‘orang bijaksana’ terlalu luhur untuk memanggil seorang manusia dan lebih cocok untuk Tuhan. Lebih baik ia dipanggil philosophos, pencinta kebijaksanaan. Nama ini lebih sesuai dengan makhluk insani”.
Dari perkataan tersebut, Plato menunjukkan suatu aspek penting dari istilah philosophia. Menurut pandangan Yunani, seorang yang memiliki kebijaksanaan, sudah melebihi kemampuan insani. Orang seperti itu telah melangkahi batas-batas yang ditentukan untuk nasibnya sebagai manusia. Memiliki kebijaksanaan berarti mencapai suatu status adimanusiawi. Hal tersebut sama saja dengan rasa sombong yang selalu ditakuti dan dihindari orang-orang Yunani. Manusia harus menghormati batas-batas yang berlaku bagi status insaninya. Karena ia hanya seorang manusia, bukan Tuhan. Ia harus puas dengan mengasihi kebijaksanaan, mencari dan mengejar kebijaksanaan tersebut. Namun tugas seperti itu tidak akan pernah selesai dan kebijaksanaan tidak akan pernah menjadi milik seseorang secara komplit dan definitif. Karena alasan tersebut maka orang Yunani memilih nama “filsafat” dan “filsuf”.

b.      Peristiwa ajaib
Munculnya filsafat di Yunani dapat dikatakan merupakan sebuah peristiwa yang ajaib, karena tidak ada alasan-alasan yang dapat diterima atau alasan-alasan yang dapat memuaskan untuk menjelaskan kejadian tersebut. Namun, ada beberapa faktor yang dapat menjelaskan hal tersebut, yaitu :
-          Mitologi. Mitologi merupakan perintis munculnya filsafat. Mite-mite memberi jawaban atas pertanyaan-pertanyaan yang muncul dalam hati manusia. Misalnya, dari mana dunia ini? Bagaimana kejadian-kejadian dalam alam? Dan sebagainya. Melalui mite-mite manusia mencari penjelasan tentang asal-usul alam semesta dan tentang kejadian-kejadian yang berlangsung di dalamnya. Mite yang mencari keterangan tentang asal usul alam semesta disebut sebagai mite kosmogonis. Sedangkan mite yang mencari keterangan tentang asal usul serta sifat kejadian-kejadian dalam alam semesta disebut dengan mite kosmologis. Dalam mite-mite yang diceritakan oleh rakyat tersebut, bangsa Yunani berusaha menyusunnya menjadi menjadi suatu yang sistematis. Dalam usaha tersebut, maka hal tersebut sudah memperlihatkan bahwa bangsa Yunani memiliki sifat rasional.
-          Kesusastraan Yunani. Kesusastraan meliputi puisi-puisi, syair-syair, teka-teki, dongeng-dongeng, dan lain sebagainya. Syair-syair dan bentuk sastra lainnya tersebut banyak digunakan sebagai buku pendidikan untuk rakyat Yunani.
-          Pengaruh ilmu pengetahuan. Banyak ilmu yang pada masa itu sudah ada di Timur Kuno. Yunani banyak memperoleh unsur-unsur ilmu dari negara tersebut. Kemudian bangsa Yunani mengolah unsur-unsur tersebut dengan cara-cara yang tidak pernah terduga oleh bangsa Mesir dan Babylonia. Pada bangsa Yunani ilmu pengetahuan kemudian mendapat corak yang benar-benar ilmiah. Di negeri Yunani, ilmu pasti, astronomi dan ilmu pengetahuan pada umumnya mulai dipraktekkan demi ilmu pengetahuan itu sendiri, bukan demi keuntungan yang letaknya di luar ilmu pengetahuan itu sendiri. Mereka mulai mempelajari ilmu pengetahuan dengan tidak mencari untung atau melakukannya tanpa pamrih. Sedang pada bangsa Timur Kuno, ilmu pengetahuan dipraktekkan dalam istana-istana atas perintah dan di bawah pengawasan para raja.
c.       Mythos dan logos
Filsuf pertama menerima objek penyelidikannya dari mitologi, yaitu alam semesta dan kejadian-kejadian yang setiap orang dapat menyaksikan segala yang ada di dalamnya. Pada abad ke-6, mulai berkembang suatu pendekatan yang sangat berbeda. Sejak saat itu orang mulai mencari jawaban-jawaban rasional tentang masalah-masalah yang terjadi dalam alam semesta. Logos (akal budi, rasio) menggantikan mythos, kemudian lahirlah filsafat. Arti dari logos dalam hal ini memiliki makna lebih luas dari sekedar kata rasio. Logos memiliki arti baik kata (tuturan, bahasa) maupun juga rasio. Tetapi, apabila bertentangan dengan mythos, maka hal tersebut diterjemahkan sebagai logos dalam artian rasio.
d.      Sifat-sifat bangsa Yunani
-          Dari segi geografis. Daratan Yunani sebagian besar terdiri dari pegunungan yang gundul dan kurang sekali tanah yang dapat diolah. Itulah sebabnya orang Yunani, karena situasi geografis negeri mereka menjadi pelaut yang pandai. Apabila jumlah penduduk bertambah terlalu besar, sebagian terpaksa merantau ke daerah lain.
-          Dari segi politik-sosial. Bangsa Yunani selalu menyadari bahwa mereka berbeda dengan bangsa lain. Mereka tidak menyukai kekerasan, seperti bangsa Mesir dan Babylonia. Mereka menganggap bangsa tersebut terlalu asing dan keran sehingga bangsa Yunani menyebut mereka sebagai orang-orang Barbaros. Maksud kata Barbaros disini adalah seorang yang asing yang tidak dapat berbahasa Yunani. Namun dalam hal karya-karya seni, orang Yunani tidak pernah membedakan bangsa yang berbeda tersebut untuk mengagumi keindahan sebuah seni yang memiliki mutu tinggi. Bangsa Yunani tidak menyukai pola pemerintahan Timur Kuno yang bergantung kepada Raja.
Orang Yunani hidup dalam polis, yang berarti suatu rakyat yang hidup di negara kecil atau sebuah negara kota. Polis muncul sebagai suatu bentuk kemasyarakatan baru antara abad ke-8 dan ke-7 Sebelum Masehi. Polis ini cepat sekali berkembang sehingga tidak lama kemudian negeri Yunani terdiri dari ratusan negara-kota. Permukaan tanah polistidak besar. Suatu polis terdiri dari satu kota dan beberapa desa. Polis merupakan pusat segala kegiatan ekonomi, sosial, politik dan religius. Pada akhirnya polis menciptakan suatu iklim yang mempermudah munculnya sikap ilmiah. Dari polis ini kemudian logos mendapat kedudukan istimewa dalam masyarakat Yunani. Suasana umum atau terbuka pun menandai kehidupan sosial di negeri Yunani. Terakhir, dampak polis ini mengakibatkan semua warga negara menjadi sederajat. Tiap warga negara berkesempatan memainkan peranan dalam urusan kenegaraan, peperangan ataupun berkaitan dengan bakat masyarakatnya.
-          Dari segi kultural. Bangsa yang menciptakan filsafat dan ilmu pengetahuan, juga menghasilkan karya-karya seni yang mengagumkan. Ciptaan-ciptaan artistik Yunani memperlihatkan suatu suasana yang rasional karena ditandai oleh keseimbangan dan keselarasan yang tidak ada bandingannya dalam sejarah kesenian. Ciri khas kesenian Yunani adalah harmoni. Kemudian, struktur bahasa Yunani juga memperlihatkan suatu rasionalitas tertentu. Menurut mereka, bahasa Yunani cocok untuk mengekspresikan pikiran-pikiran dengan seksama dan jelas. Bahasa Yunani cocok untuk mrngungkapkan pikiran-pikiran yang abstrak.
e.       Sejarah filsafat Yunani
Apabila kita memandang pemikiran Yunani, kita tidak meninjau reruntuhan yang sudah lama ditinggalkan, melainkan kita menghadapi unsur-unsur yang sebagian besar menjadi batu bangunan untuk kultur modern. Maksudnya, sebagai contoh yaitu jika kita menuntut jalan pikiran yang logis, yang kita lakukan adalah meneruskan tradisi yang kita warisi dari orang Yunani. Banyak kategori atau cara pemikiran yang kita pakai dengan tidak disadari bahwa semua itu berasal dari kebudayaan Yunani. Setidaknya, orang Yunani memberi sumbangan besar bagi perkembangannya.
Mempelajari filsafat Yunani berarti menyaksikan kelahiran filsafat. Oleh sebab itu sebenarnya tidak ada pengantar filsafat yang lebih ideal dari pada studi mengenai pertumbuhan pemikiran filsafat di negeri Yunani. Pada umumnya filsafat Yunani membahas masalah-masalah filsafat yang hal itu masih saja dipersoalkan sampai hari ini. Tema-tema filsafat Yunani, seperti ada, menjadi, substansi, ruang, waktu, kebenaran, jiwa, pengenalan, Tuhan, dunia, merupakan tema-tema yang juga bagi sejarah filsafat lainnya. Dan filsafat sekarang juga masih tetap  bergumul dengan pertanyaan-pertanyaan yang sama dengan awal kelahiran filsafat sebelumnya.
Begitu banyak pendapat-pendapat yang diluncurkan dalam hal perdebatan tentang kemunculan filsafat atau filsafat Yunani kuno sendiri. Ketidakpastian begitu besar dan membingungkan. Tidak semua filsuf terdahulu meninggalkan pikiran-pikirannya dalam bentuk tulisan, walau sebarispun (Thales, Pythagoras, Sokrates). Untuk dapat mengetahui pemikiran-pemikiran mereka, kita hanya bisa percaya pada kesaksian-kesaksian orang lain yang membicarakan ajaran mereka. Adapun filsuf yang menuliskan karangan-karangannya, tetapi kebanyakan tulisan itu sudah hilang. Bagaimanapun, akhirnya kita hanya bisa puas dengan beberapa fragmen yang dikutip oleh pengarang lain. Namun, seorang sarjana Jerman akhirnya mampu meringankan tugas sejarawan dalam bidang filsafat Yunani. Ia adalah Hermann Diels (1848-1299). Ia mengumpulkan semua fragmen tentang filsuf-filsuf pra-sokratik dan mempelajari secara kritis semua kesaksian yang ditemuinya pada pengarang-pengarang kuno tentang ajaran filsuf-filsuf Yunani.
Adapun sumber filsuf Yunani yang terbesar adalah Plato, Aristoteles, dan Plotinos. Semua karya yang ditulis oleh Plato dan Plotinus masih kita miliki secara lengkap dan utuh. Sedangkan dari Aristoteles kita tidak lagi mempunyai beberapa karya yang diterbitkan pada masa mudanya, tetapi karya-karya filsafat yang paling penting semuanya tersimpan dengan baik.
  1. Filsuf-Filsuf Pra-Sokratik
Periode Yunani Kuno juga disebut sebagai periode filsafat alam. Alasanny adalah karena pada periode ini ditandai dengan munculnya beberapa ahli pikir alam, dimana arah dan perhatian pemikirannya tertuju kepada apa yang diamati disekitarnya. Mereka banyak membuat pernyataan-pernyataan tentang gejala alam yang bersifat filsafati (berdasarkan akal pikir) dan tidak hanya berdasarkan pada  mitos. Mereka berusaha mencari asas yang pertama dari alam semesta yang sifatnya mutlak, yang berada di belakang segala sesuatu yang berubah.
Para pemikir filsafat yunani yang pertama berasal dari Miletos, sebuah kota perantauan Yunani yang terletak di pesisir Asia Kecil. Mereka kagum terhadap alam yang oleh nuansa dan ritual dan berusaha mencari jawaban atas apa yang ada di belakang semua materi itu. Adapun filsuf-filsuf pada masa Pra-Sokratik tersebut adalah sebagai berikut :
1.      Thales (625-545 SM)
Thales adalah seorang filsuf yang berasal dari Miletos, sebuah tempat di Asia Kecil. Thales termasuk filsuf yang mencari arkhe (asas atau prinsip) alam semesta, dan merupakan yang pertama dari filsuf-filsuf lainnya. Thales mengatakan bahwa seluruh alam semesta ini berawal dari air dan semuanya kembali lagi menjadi air. Anggapan tersebut disebutkan karena Ia berasumsi bahwa air mempunyai berbagai bentuk (cair, beku, uap). Aristoteles mengungkapkan alasan Thales beranggapan seperti itu adalah mungkin karena Thales berpikir bahwa bahan makanan semua makhluk memuat zat lembab dan demikian halnya juga dengan benih pada semua makhluk hidup.
Menurut Thales, bumi terletak di atas air. Hal ini harus dimengerti dalam hubungan dengan anggapannya bahwa semua berasal dari air. Selain itu Thales juga mengatakan bahwa “kesemuanya penuh dengan dewa-dewa/Tuhan-Tuhan”. Maksud dari perkataan tersebut adalah bahwa jagat raya ini berjiwa. Pendapat Thales tersebut seringkali disebut dengan “hylezoisme” atau teori mengenai materi yang hidup. Tidak ada kepastian bahwa anggapan-anggapan Thales tersebut dapat digabungkan dengan teori mengenai “jiwa dunia” dikemudian hari.


2.      Anaximandros (640-546 SM)
Anaximandros merupakan murid Thales. Anaximander berpendapat bahwa benda pembentuk dunia yang asli adalah apeiron, suatu substansi yang tidak memiliki batas atau definisi. Ia menjelaskan apeiron sebagai sesuatu yang mengelilingi segala sesuatu secara tak terbatas dan juga sebagai sesuatu makhluk dari mana semua langit dan dunia di dalamnya maujud (bumi, udara, api, dan air) bagaimanapun juga digerakkan oleh substansi yang tak terbatas.
Anaximandros memiliki jasa dalam bidang astronomi dan juga dalam bidang geografi. Ialah orang pertama yang membuat suatu peta bumi. Anaximander percaya bahwa bumi bentuknya bulat silinder, kedalamannya sepertiga dari lebarnya sehingga bumi seperti drum. Menurut Anaximender bumi tidak ditopang oleh apa-apa, tetapi tetap berada pada jarak yang sama dari semua benda. Sedangkan mengenai kehidupan, ia berpendapat bahwa semua makhluk hidup berasal dari air, dan bentuk hidup yang pertama adalah Ikan. Manusia pertama itu tumbuh dalam perut Ikan.
3.      Anaximenes (585-528 SM)
Anaximenes berpendapat bahwa segala sesuatu berasal dari udara, “seperti jiwa menjamin kesatuan tubuh kita, demikian pula udara melingkupi segala-galanya. Jiwa sendiri juga lain dari pada udara saja, yang dipupuk dengan bernafas”. Anaximenes mengemukakan persamaan antara tubuh manusia dan jagad raya. Udara di alam semesta, adalah ibarat jiwa yang dipupuk dengan pernapasan di dalam tubuh manusia. Kemudian hal tersebut menjadi awal mula hukum fisis pada alam semesta.
Anaximenes mengatakan bahwa bumi ini seperti meja bundar yang melayang di atas udara. Demikian pula dengan matahari, bulan dan bintang-bintang. “Laksana sehelai daun”, badan-badan jagat raya itu tidak terbenam di bawah bumi, sebagaimana yang dipikirkan Anaximandros, tetapi mengelilingi bumi yang datar. Matahari lenyap pada waktu malam karena tertutup di belakang bagian-bagian tinggi.
4.      Pythagoras (± 572-497 SM)
Pythagoras berpendapat bahwa jiwa tidak dapat mati, ia berpindah dari satu hewan ke hewan lain dan seterusnya seperti itu. Tetapi dengan mensucikan dirinya, jiwa dapat selamat dari Reinkarnasi itu. Penemuan Pythagoras melalui temuan interval-interval (jarak) utama dari berbagai nada yang diekspresikan dengan perbandingan dengan bilangan-bilangan, Ia menyatakan bahwa suatu gejala fisis dikusai oleh hukum matematis. Bahkan katanya, segala-galanya di jagad raya ini adalah berupa bilangan. Setiap bilangan dasar dari 1 sampai 10 mempunyai kekuatan dan arti sendiri-sendiri. Satu adalah asal mula segala sesuatu sepuluh, dan sepuluh adalah bilangan sempurna. Bilangan gasal (ganjil) lebih sempurna daripada bilangan genap dan identik dengan finite (terbatas). Salah seorang penganut Pythagoras mengatakan bahwa tuhan adalah bilangan tujuh, jiwa itu bilangan enam, badan itu bilangan empat.
Kemudian mengenai Kosmos, Pythagoras menyatakan untuk pertama kalinya, bahwa jagad raya bukanlah Bumi melainkan Hestia (Api), sebagaimana perapian merupakan pusat dari sebuah rumah. Ia mengatakan pertama kali bahwa alam semesta itu merupakan satu keseluruhan yang teratur, sesuatu yang harmonis seperti dalam musik. Keharmonisan tersebut dapat tercapai dengan menggabungkan hal-hal yang berlawanan, seperti : Terbatas – tak terbatas, ganjil – genap, satu – banyak, laki-laki – perempuan, diam – gerak, dan lain-lain.
Menurut Pythagoras kearifan yang sesungguhnya hanya dimilki oleh Tuhan saja, oleh karenanya Ia tidak mau disebut sebagai seorang yang arif seperti Thales, akan tetapi menyebut dirinya philosopos yaitu pencipta kearifan. Kemudian istilah inilah yang digunakan menjadi philosofia yang terjemahan harfiah dalah cinta kearifan atau kebjaksanaan sehingga sampai sekarang secara etimologis dan singkat sederhana filsafat dapat diartikan sebagai cinta kearifan atau kebijaksanaan (Love of Wisdom).
5.      Xenophanes (570 - ? SM)
Xenophanes lahir di Kolophon di Asia Kecil, kemudian mengembara ke negeri Yunani dan menulis syair pada usia 92 tahun. Ia seorang penyair yang bersifat kritis dan berkenalan dengan pikiran filsafat pada waktu itu. Kritiknya banyak pada bidang agama yang berbentuk puisi.
Pendapat Xenophanes yang termuat adalah kritiknya, yaitu membantah adanya antromorfosisme  Tuhan-Tuhan, yaitu Tuhan digambarkan sebagai (seakan-akan) manusia. Karena manusia selalu memiliki kecenderungan berfikir dan lain-lainnya. Ia juga membantah bahwa Tuhan bersifat kekal dan tidak mempunyai permulaan. Ia juga menolak anggapan bahwa Tuhan mempunyai jumlah yang banyak dan menekankan atas keeasaan Tuhan. Kritik ini ditujukan kepada anggapan-anggapan lama yang berdasarkan pada mitologi.
6.      Heraclitos (535 – 475 SM)
Heraclitos lahir di Epesus, sebuah kota perantauan di Asia Kecil dan merupakan kawan dari Pythagoras dan Xenophanes, akan tetapi ia lebih tua. Heraclitos berpendapat bahwa tidak ada yang kekal di alam. Segala sesuatu tentu mengalami perubahan, jadi segala sesuatu itu ialah perubahan itu sendiri. Perubahan dilambangkan sebagai sifat api karena itu dasar segala sesuatu adalah api. Adapun perubahan itu berlaku di bawah suatu hukum yang disebut logos (logos = pikiran yang benar).
Menurut pendapatnya, di alam arche terkandung sesuatu yang hidup (seperti roh ) yang disebut sebagai logos ( akal atau semacam wahyu) . Logos inilah yang menguasai sekaligus mengendalikan keberadaan segala sesuatu. Hidup manusia akan selamat sesuai dengan logos, yaitu apabila sesuai dengan akal.
7.      Parmenides (540-475 SM)
Parmenides merupakan warga negara Elea, sebelah selatan Italia. Ia merupakan seorang tokoh relativisme yang sangat penting dan disebut sebagai filosof pertama dalam pengertian yang modern. Parmanides berpendapat bahwa “yang ada itu memanglah ada, dan yang tidak ada itu memanglah tidak ada“. Konsekuensi dari pernyataan ini adalah bahwa “yang ada” itu: “satu dan tidak terbagi” – “kekal, tidak mungkin ada perubahan” – “sempurna, tidak bisa ditambah atau diambil darinya” – “mengisi segala tempat, akibatnya tidak mungkin ada gerak sebagaimana klaim Heracleitos”.
8.      Zeno (± 490-430 SM)
Zeno merupakan murid setia Parmenides, Ia lahir di Elea dan banyak mempertahankan argumen-argumen dari Parmenides. Zeno menemukan dialektika yaitu suatu argumentasi yang bertitik tolak dari suatu pengandaian atau hipotesa, dan dari hipotesa tersebut ditarik suatu kesimpulan. Ia mengatakan bahwa relitas adalah satu, tidak berubah dan tidak bergerak, dan realitas dipahami dengan benar oleh nalar bukan indra.
Argumentasi Zeno ini selama 20 abad lebih tidak dapat dipecahkan secara logis. Tetapi baru dapat dipecahkan setelah para ahli matematika membuat pengertian limit dari seri tak terhingga.
9.      Melissos (-)
Melissos lahir di pulau Samos. Ia merupakan panglima yang mengalahkan armada Athena pada tahun 441. Sebenarnya keberadaannya dalam tokoh kefilsafatan Yunani tidak begitu penting, tetapi tetap perlu dipelajari.
 Melissos membela ajaran Parmenides dengan mengikuti argumen-argumen yang sebelumnya sudah disampaikan oleh Parmenides sendiri. Melissos menyatakan bahwa “yang ada” itu satu, sehingga apabila Ia ingin menunjukkan “yang ada” seringkali menyebutkannya dengan “yang satu”. Satu hal yang membedakannya dengan Parmenides adalah Ia mengatakan bahwa “yang ada” itu tidak berhingga, baik menurut waktu maupun ruang. Sedangkan Parmenides menyebutkan bahwa “yang ada” itu bersifat kekal.
10.  Empedokles (490-435 SM )
Empedokles lahir di Akragas di pulau Sisilia pada awal abad ke-5. Ia termasuk golongan bangsawan. Ia memiliki banyak peran dalam bidang filsuf, kedokteran, penyair, ahli pidato politikus, dan seorang yang dipercaya mempunyai kuasa ajaib. Empedokles dipengaruhi oleh aliran religius yang disebut Orfisme dan ia juga seorang Pythagorean. Namun pada akhirnya Empedokles lebih menaruh perhatiannya pada masalah-masalah yang dikemukakan Parmenides. Ia menulis karyanya dalam bentuk puisi.
Empedocles mengatakan bahwa sebenarnya tidak ada yang disebut dengan menjadi dan hilang. Perbedaan dalam seluruh keadaan itu tak lain adalah merupakan campuran dan penggabungan unsur-unsur (rizomata) : air, udara, api, dan tanah. Keempat unsur tersebut merupakan dasar terakhir dari segala sesuatu. Proses penggabungan tersebut terpelihara oleh dua kekuatan yang saling bertentangan, yaitu cinta dan benci. Karena cinta maka pada mulanya keempat unsur tersebut tersusun dalam keseimbangan, adapun benci, ia adalah yang mencerai beraikan keseimbangan yang semula itu. Cinta lalu mengambil tindakan dan mengembalikan yang semula.tetapi dicerai beraikan lagi oleh benci. Pengetahuan tidak lain daripada proses penggabungan : karena tergabung dengan tanah, kita tahu akan tanah, tergabung dengan air maka kita tahu akan air.
Dengan demikian, dalam kejadian di alam semesta ini, unsur cinta dan benci selalu menyertai. Juga, proses penggabungan dan penceraian tersebut berlaku untuk melahirkan anak-anak makhluk hidup. Sedangakan manusia terdiri dari empat unsur, yaitu api, udara, tanah dan air.
11.  Anaxagoras (±499-20 SM )
Anaxagoras lahir di kota Klazomenai di Ionia. Ia merupakan filsuf pertama yang hidup dan berkarya di Athena. Mulai saat itu Athena memiliki peran penting dalam filsafat Yunani hingga abad ke-2 SM. Anaxagoras pernah berurusan dengan perkara pengadilan dengan tuduhan asebeia, yaitu semacam kedurhakaan dan juga karena simpatinya terhadap bangsa Parsi. Kedurhakaan tersebut adalah karena Ia menganggap matahari adalah batu yang berpijar-pijar dan bulan adalah tanah. Dengan kata lain, tuduhannya adalah Anaxagoras telah menganggap matahari dan bulan semata-mata sebagai benda-benda material, bukan sebagai dewa-dewa. Namun, berkat pertolongan Perikles, sahabat dan murid Anaxagoras, ia dilepaskan dan dibantu melarikan diri ke kota Lampsakos pada Hellespontos, selat sempit yang memisahkan Asia dari Eropa.
Menurutnya, realitas itu bukanlah satu, tetapi ia terdiri dari banyak unsur dan tidak dapat dibagi-bagi, yaitu atom. Atom ini sebagai bagian dari materi yang terkecil dari materi sehingga tidak dapat terlihat dan jumlahnya tidak terhingga. Ia juga mengatakan di dalam setiap benda terdapat benih-benih. Kita tidak akan mampu melihat benih-benih yang ada didalam sebuah benda. Kita hanya bisa melihat yang dominan saja, misalnya emas. Di dalam emas terdapat benih-benih yang berupa perak, besi, dan tembaga. Tetapi kita hanya bisa melihat warna kuning sebagai wujud dominannya.
Anaxagros juga mengemukakan bahwa yang menyebabkan benih-benih menjadi kosmos adalah apa yang disebut dengan nus. Nus memiliki arti roh atau rasio, tidak tercampur dengan benih-benih dan terpisah dari semua benda. Oleh karena ajrannya tentang nus inilah Anaxagoras untuk pertama kalinya dalam filsafat dikenal adanya perbedaan antara jasmani dan yang rohani.

12.  Leukippos & Democritos (460-370 SM)
Leukippos adalah pendasar aliran atomisme. Beberapa membantah bahwa Leukippos adalah termasuk sebagai tokoh historis. Tetapi Aristoteles dan Theophrastos menganggap sebaliknya, mereka menganggap bahwa Leukippos adalah pendiri mazhab atomisme. Aristoteles dan filsuf-filsuf selanjutnya seringkali menggabungkan nama Leukippos dan Demokritos apabila berkenaan dengan penguraian ajaran atom. Hampir sulit membedakan antara pemikiran atom dari Leukippos dengan pemikiran atom dari Demokritos. Hanya saja dapat disimpulkan bahwa garis besar pemikiran atom tersebut berawal dari Leukippos kemudian dikembangkan oleh Demokritos.
Demoritos lahir di kota Abdera di pesisir Thrake di Yunani Utara. Ia banyak menguasai ilmu, diantaranya : kosmologi, matematika, astronomi, logika, etika, musik, puisi, dan lainnya. Dikarenakan usia Demokritos yang lebih muda dari Sokrates, Demokritos sebenarnya tidak lagi masuk dalam hitungan filsuf pra-sokrates. Tetapi karena alasan karya Demokritos  yang tidak dapat dipisahkan dari karya Leukippos, kemudian ajaran Demokritos tidak dipengaruhi oleh filsafat gaya baru yang berkembang di Athena dalam kalangan Sokrates, maka Demokritos tetap dikatakan sebagai filsuf pra-sokratik.
Dalam ajarannya, Demokritos mengatakan bahwa realitas bukanlah satu, tetapi terdiri dari banyak unsur dan jumlahnya tak terhingga. Unsur-unsur tersebut merupakan bagian materi yang sangat tidak dapat dibagi-bagi lagi. Unsur tersebut dapat dikatakan sebagai atom yang berasal dari satu dari yang lain. Demokritos percaya bahwa alam semesta ini terdiri dari atom-atom yang jumlahnya tak terhingga dan beraneka ragam. Sebagiannya bulat dan mulus, dan yang lain tak beraturan dan tak bergigi. Justru karena saling berbeda mereka dapat menyatu menjadi berbagai bentuk yang berlainan. Namun meskipun jumlah dan bentuk mereka mungkin tak terbatas, mereka semua kekal, abadi, dan tak terbagi.
Tidak hanya semesta, menurut Demokritos jiwa juga terdiri dari atom-atom. Menurutnya proses pengenalan manusia tidak lain sebagai hasil interaksi antar atom itu. Setiap benda mengeluarkan eidola (gambaran-gambaran kecil yang terdiri dari atom-atom dan berbentuk sama seperti benda itu). Eidola ini masuk ke dalam panca indra dan disalurkan kedalam jiwa yang juga terdiri dari atom-atom eidola. Kualitas-kualitas yang manis, panas, dingin dan sebagainya, semua hanya berkuantitatif belaka. Atom jiwa bersentuhan dengan atom licin menyebabkan rasa manis, persentuhan dengan atom kesat menimbulkan rasa pahit sedangkan sentuhan dengan atom berkecepatan tinggi menyebabkan rasa panas, dan seterusnya, dan sebagainya.

Sabtu, 05 Januari 2013

Kebahagiaan Dan Fakta-Fakta Kehidupan

FAKTA-FAKTA LAIN DALAM KEHIDUPAN
Oleh : Syarifah Zainab

 
1.      Kesehatan Fisik dan Mental
Kesehatan fisik dan mental memiliki pengaruh terhadap kesejahteraan dan kebahagiaan. Sebaliknya kebahagiaan juga berpengaruh terhadap kesehatan.  Pengaruh kesejahteraan terhadap kesehatan fisik dapat ditunjukkan dalam hubungannya antara kebahagiaan dan usia yang panjang, tidak mudah terserang penyakit, dan cepat pulih dari penyakit. Dengan kesehatan yang baik, jauh dari berbagai penyakit, maka akan lebih mudah mendatangkan kebahagiaan dan kesejahteraan subjektif. Individu akan lebih mudah berkembang dan melakukan banyak aktivitas dalam mengaktualisasikan dirinya atau mengembangkan potensi dirinya. Sedangkan penyakit dapat mengurangi makna kebahagiaan itu sendiri. Ketidakmampuan fisik dalam menjalankan aktivitas akan mengganggu individu melakukan hal-hal yang disukainya secara lebih luas. Hal tersebut pada akhirnya berdampak pada kesehatan mental individu, kecemasan dan depresi misalnya. Dengan ketidakstabilan emosional seperti itu akan sangat sulit bagi individu untuk memperoleh kebahagiaan, dan pada akhirnya mengganggu kesejahteraan individu itu sendiri.
Mengobati orang sakit bisa dilakukan melalui tindakan medis dan juga dengan penanganan kesejahteraan subjektif (SWB) yang maksimal. Orang yang mengalami masalah kesehatan juga mengalami kesejahteraan yang rendah. Sebagaimana kebanyakan orang mengartikan bahwa kesehatan fisik dapat memberikan pengaruh terhadap kebahagiaan seseorang. Selain itu adaptasi juga berkontribusi terhadap perbedaan antara evaluasi kesehatan yang dilakukan secara objektif dan subjektif. Dimana orang-orang dapat beradaptasi pada keadaan sakit dengan cara menyesuaikan keadaannya. Dengan kata lain bahwa kondisi kesehatan yang secara objektif tetap dalam kondisi yang sama, sedangkan evaluasi kesehatan yang dilakukan secara subjektif memungkinkan hasilnya bisa lebih positif sebagaimana orang-orang yang telah mencoba keluar dari penyakit yang diderita untuk dapat menstabilkan tingkat SWB. Seperti orang-orang yang tidak melakukan adaptasi pada aspek-aspek penyakit. Ketika penyakit telah hilang maka hal tersebut menunjukkan suatu kebahagiaan dalam hidup (Baumgardner & Crothers, 2010).
Hubungan kesehatan mental dengan kebahagiaan dapat dilihat melalui dua hal, yaitu akibat yang ditimbulkan oleh penyakit mental berakibat kepada ketidakbahagiaan dan yang kedua adalah dari kebahagiaan kemudian memberikan efek pada kesehatan mental yang baik.

2.      Bekerja dan Menganggur
Bekerja memiliki pengaruh terhadap kebahagiaan dan kesejahteraan. Hal ini tentu saja jika dibandingkan dengan individu yang menganggur. Pengangguran memiliki efek negatif terhadap kesehatan yang kemudian dapat mengakibatkan tingginya resiko depresi, penyakit fisik, kurang percaya diri, dan pada akhirnya berimbas pada ketidakbahagiaan. Sebuah penelitian menyimpulkan bahwa ditemukan adanya ketidakbahagiaan pada individu yang kehilangan pekerjaannya. Studi tersebut membandingkan tingkat kesehatan individu disaat sebelum dan sesudah seseorang menjadi pengangguran. Kehilangan pekerjaan juga berpotensi mengakibatkan terjadinya kesenjangan dalam kehidupan seseorang (Baumgardner & Crothers, 2010).
Individu yang bekerja cenderung lebih bahagia daripada individu yang menganggur, Terutama jika tujuan yang dicapai merupakan tujuan yang memiliki nilai tinggi bagi individu. Hal ini disebabkan oleh adanya stimulasi yang menyenangkan, terpuasnya rasa keingintahuan dan pengembangan keterampilan, dukungan sosial, serta identitas diri yang didapat dari pekerjaan.
Adapun hal yang menghubungkan antara pekerjaan dan kebahagiaan adalah adanya kepuasan kerja yang diperoleh individu, dimana hal tersebut kemudian akan berpengaruh pula terhadap kepuasan hidupnya. Orang yang bahagia menemukan kepuasan dalam pekerjaanya, dan sebuah pekerjaan yang memuaskan berkontribusi terhadap kebahagian seseorang.
Di lain hal, stress kerja, rasa bosan, dan konflik interpersonal dalam bekerja merupakan sumber ketidakpuasan dan ketidakbahagiaan. Dampak dari perasaan yang kurang stabil tersebut berpengaruh terhadap produktivitas kerja dan kehidupan individu. Pada kasus lain, orang-orang yang bekerja pada tempat yang tidak sesuai dengan keinginan misalnya. Dalam hal ini perlu penyesuaian untuk menerima apa yang sedang dijalankan di masa sekarang. Namun, tetap ada pengaruh kebahagiaan antara individu yang bekerja dengan individu yang menganggur.
3.      Kecerdasan dan Pendidikan
Kebahagiaan dan pendidikan sangat erat kaitannya. Kebahagiaan harus menjadi tujuan pendidikan, dan pendidikan yang baik harus memberikan kontribusi yang signifikan untuk kebahagiaan pribadi dan kolektif (Nel Noddings). Orang yang memiliki tingkat intelektual yang tinggi dengan mudah dapat menghadapi tantangan dan memenuhi kebutuhan hidup mereka (Baumgardner & Crothers, 2010). Dengan kata lain, pendidikan memiliki pengaruh terhadap kebahagiaan, ini berkaitan dengan kemudahan dalam memperoleh pekerjaan yang memuaskan dan penghasilan yang lebih besar disbanding individu yang memiliki tingkat pendidikan yang rendah.
Sebuah studi dilakukan oleh Argyle (2001) yang menemukan bahwa dengan pendidikan yang lebih dapat dikaitkan bahwa orang tersebut memiliki tingkat kesejahteraan subjektif yang lebih tinggi, kesehatan fisik/mental yang lebih baik, meningkatkan kontrol diri, dan dukungan sosial yang lebih besar dari orang lain. Pada dasarnya tingkat pendidikan memiliki pengaruh terhadap kesehatan melalui peningkatan kerja dan pendapatan.
Pendidikan merupakan jalan menuju hidup yang lebih baik. Meskipun hanya berkontribusi sedikit kepada kebahagiaan, namun beberapa orang menjalankan pendidikan untuk mengejar kebahagiaan. Dengan pendidikan yang baik maka diharapkan individu dapat melahirkan ide-ide kreatif yang dapat memberikan jalan keluar bagi berbagai masalah. Dengan begitu kebahagiaan akan datang dengan sendirinya.
Namun tidak terdapat korelasi yang signifikan antara kecerdasan dan kebahagiaan. Hubungan antara kecerdasan dengan kebahagiaan merefleksikan sebuah fakta bahwa ada perbedaan tipe atau bentuk kecerdasan. Misalnya, konsep kecerdasan emsional yang didefinisikan sebagai kemampuan dalam menggunakan informasi yang berkaitan dengan emosional secara efektif, yang ditunjukkan dengan hubungan pengaruh yang relevan antara kesehatan dengan kebahagiaan.

4.      Agama
Kebahagiaan dalam kaitannya terhadap peningkatan kualitas beragama memiliki pengaruh yang hanya sedikit. Tetapi peran agama cukup kuat dalam kaitannya dengan kesehatan fisik. Antara agama dan kesehatan memiliki manfaat terhadap keberlangsungan hidup yang relatif lebih lama dan dapat mengurangi penyakit Cardiovascular. Penjelasan tentang hubungan antara kesehatan, agama, dan spiritualitas dalam suatu penelitian lebih memfokuskan kepada hal yang masih memungkinkan untuk dapat ditelaah ulang terutaama peranan agama dalam membentuk emosi positif, optimisme, dan nilai transendensi sebagai tujuan dalam kehidupan yang lebih berarti, juga dapat mengenai pembentukan gaya hidup yang sehat dengan nilai agama dan spiritual (Baumgardner & Crothers, 2010).
Pengamalan keyakinan agama secara signifikan dapat mengurangi gejala afektif yang negatif dan merupakan cara yang paling efektif untuk mengatasi kesulitan hidup. Orang Amerika yang memiliki tingkat religiusitas tinggi memiliki kemungkinan yang kecil untuk terlibat pada penyalahgunaan narkoba, melakukan kejahatan, bercerai, dan bunuh diri. Dari segi fisik, orang yang lebih religious memiliki kesehatan yang baik dan biasanya berumur panjang (Seligman, 2005). Selain itu, semakin baik komitmen religius seseorang maka semakin baik pula tingkat hubungan dengan lingkungannya karena dengan berbagi aktivitas keagamaan maka dapat meningkatkan rasa solidaritas kelompok dan memperkuat ikatan kekeluargaan. Dengan demikian, relevansi yang paling tampak dari pada fakta-fakta tersebut adalah bahwa orang-orang yang religius lebih bahagia dan lebih puas terhadap kehidupan daripada orang yang tidak religius. Hubungannya adalah banyak agama yang melarang penggunaan narkotika, kejahatan, dan perselingkuhan, dan sebaliknya mendorong untuk lebih banyak beramal, menjalankan hidup yang sederhana, dan bekerja keras. Kemudian, hubungannya yang paling besar adalah rendahnya depresi, dan kelenturan menghadapi masalah. Agama mengisi manusia dengan harapan akan masa depan dan menciptakan makna dalam hidup.

5.      Ras, Etnis, dan Stigma
Pandangan negatif terhadap kelompok minoritas disuatu tempat berpengaruh terhadap aktualisasi diri individu dari kelompok minoritas tersebut, dan pada akhirnya berpengaruh terhadap kebahagiaannya. Namun, sebenarnya hal tersebut tidak memiliki pengaruh yang cukup besar terhadap kebahagiaan. Orang-orang minoritas biasanya berkumpul dan membentuk sebuah kelompok dimana di tempat tersebut orang lain dapat menerima dirinya dan menemukan kebahagiaannya.
Beberapa bukti menyatakan bahwa perbedaan antara ras mengalami penurunan dalam beberapa dekade terakhir. Ini terjadi karena pendapatan, pekerjaan dan status pekerja dapat terkendali sehingga perbedaan tersebut kian mengecil. Hal ini diakibatkan oleh adanya persamaan derajat dalam kesempatan dunia kerja. Dengan kata lain bahwa keberadaan ras memiliki sedikit pengaruh terhadap kesejahteraan subjektif, namun demikian tingkat kualitas ekonomi yang berkorelasi dengan ras memiliki dampak terhadap kebahagiaan (Baumgardner & Crothers, 2010).
Stigma dalam hubugannya dengan kebahagiaan dapat dijelaskan melalui kasus-kasus prasangka terhadap etnis misalnya. Prasangka biasanya berakibat pada sebuah konflik. Dengan alasan tersebut maka stigma sedikit tidaknya memiliki pengaruh terhadap kesejahteraan dan kebahagiaan.