Sabtu, 05 Januari 2013

Kebahagiaan Dan Fakta-Fakta Kehidupan

FAKTA-FAKTA LAIN DALAM KEHIDUPAN
Oleh : Syarifah Zainab

 
1.      Kesehatan Fisik dan Mental
Kesehatan fisik dan mental memiliki pengaruh terhadap kesejahteraan dan kebahagiaan. Sebaliknya kebahagiaan juga berpengaruh terhadap kesehatan.  Pengaruh kesejahteraan terhadap kesehatan fisik dapat ditunjukkan dalam hubungannya antara kebahagiaan dan usia yang panjang, tidak mudah terserang penyakit, dan cepat pulih dari penyakit. Dengan kesehatan yang baik, jauh dari berbagai penyakit, maka akan lebih mudah mendatangkan kebahagiaan dan kesejahteraan subjektif. Individu akan lebih mudah berkembang dan melakukan banyak aktivitas dalam mengaktualisasikan dirinya atau mengembangkan potensi dirinya. Sedangkan penyakit dapat mengurangi makna kebahagiaan itu sendiri. Ketidakmampuan fisik dalam menjalankan aktivitas akan mengganggu individu melakukan hal-hal yang disukainya secara lebih luas. Hal tersebut pada akhirnya berdampak pada kesehatan mental individu, kecemasan dan depresi misalnya. Dengan ketidakstabilan emosional seperti itu akan sangat sulit bagi individu untuk memperoleh kebahagiaan, dan pada akhirnya mengganggu kesejahteraan individu itu sendiri.
Mengobati orang sakit bisa dilakukan melalui tindakan medis dan juga dengan penanganan kesejahteraan subjektif (SWB) yang maksimal. Orang yang mengalami masalah kesehatan juga mengalami kesejahteraan yang rendah. Sebagaimana kebanyakan orang mengartikan bahwa kesehatan fisik dapat memberikan pengaruh terhadap kebahagiaan seseorang. Selain itu adaptasi juga berkontribusi terhadap perbedaan antara evaluasi kesehatan yang dilakukan secara objektif dan subjektif. Dimana orang-orang dapat beradaptasi pada keadaan sakit dengan cara menyesuaikan keadaannya. Dengan kata lain bahwa kondisi kesehatan yang secara objektif tetap dalam kondisi yang sama, sedangkan evaluasi kesehatan yang dilakukan secara subjektif memungkinkan hasilnya bisa lebih positif sebagaimana orang-orang yang telah mencoba keluar dari penyakit yang diderita untuk dapat menstabilkan tingkat SWB. Seperti orang-orang yang tidak melakukan adaptasi pada aspek-aspek penyakit. Ketika penyakit telah hilang maka hal tersebut menunjukkan suatu kebahagiaan dalam hidup (Baumgardner & Crothers, 2010).
Hubungan kesehatan mental dengan kebahagiaan dapat dilihat melalui dua hal, yaitu akibat yang ditimbulkan oleh penyakit mental berakibat kepada ketidakbahagiaan dan yang kedua adalah dari kebahagiaan kemudian memberikan efek pada kesehatan mental yang baik.

2.      Bekerja dan Menganggur
Bekerja memiliki pengaruh terhadap kebahagiaan dan kesejahteraan. Hal ini tentu saja jika dibandingkan dengan individu yang menganggur. Pengangguran memiliki efek negatif terhadap kesehatan yang kemudian dapat mengakibatkan tingginya resiko depresi, penyakit fisik, kurang percaya diri, dan pada akhirnya berimbas pada ketidakbahagiaan. Sebuah penelitian menyimpulkan bahwa ditemukan adanya ketidakbahagiaan pada individu yang kehilangan pekerjaannya. Studi tersebut membandingkan tingkat kesehatan individu disaat sebelum dan sesudah seseorang menjadi pengangguran. Kehilangan pekerjaan juga berpotensi mengakibatkan terjadinya kesenjangan dalam kehidupan seseorang (Baumgardner & Crothers, 2010).
Individu yang bekerja cenderung lebih bahagia daripada individu yang menganggur, Terutama jika tujuan yang dicapai merupakan tujuan yang memiliki nilai tinggi bagi individu. Hal ini disebabkan oleh adanya stimulasi yang menyenangkan, terpuasnya rasa keingintahuan dan pengembangan keterampilan, dukungan sosial, serta identitas diri yang didapat dari pekerjaan.
Adapun hal yang menghubungkan antara pekerjaan dan kebahagiaan adalah adanya kepuasan kerja yang diperoleh individu, dimana hal tersebut kemudian akan berpengaruh pula terhadap kepuasan hidupnya. Orang yang bahagia menemukan kepuasan dalam pekerjaanya, dan sebuah pekerjaan yang memuaskan berkontribusi terhadap kebahagian seseorang.
Di lain hal, stress kerja, rasa bosan, dan konflik interpersonal dalam bekerja merupakan sumber ketidakpuasan dan ketidakbahagiaan. Dampak dari perasaan yang kurang stabil tersebut berpengaruh terhadap produktivitas kerja dan kehidupan individu. Pada kasus lain, orang-orang yang bekerja pada tempat yang tidak sesuai dengan keinginan misalnya. Dalam hal ini perlu penyesuaian untuk menerima apa yang sedang dijalankan di masa sekarang. Namun, tetap ada pengaruh kebahagiaan antara individu yang bekerja dengan individu yang menganggur.
3.      Kecerdasan dan Pendidikan
Kebahagiaan dan pendidikan sangat erat kaitannya. Kebahagiaan harus menjadi tujuan pendidikan, dan pendidikan yang baik harus memberikan kontribusi yang signifikan untuk kebahagiaan pribadi dan kolektif (Nel Noddings). Orang yang memiliki tingkat intelektual yang tinggi dengan mudah dapat menghadapi tantangan dan memenuhi kebutuhan hidup mereka (Baumgardner & Crothers, 2010). Dengan kata lain, pendidikan memiliki pengaruh terhadap kebahagiaan, ini berkaitan dengan kemudahan dalam memperoleh pekerjaan yang memuaskan dan penghasilan yang lebih besar disbanding individu yang memiliki tingkat pendidikan yang rendah.
Sebuah studi dilakukan oleh Argyle (2001) yang menemukan bahwa dengan pendidikan yang lebih dapat dikaitkan bahwa orang tersebut memiliki tingkat kesejahteraan subjektif yang lebih tinggi, kesehatan fisik/mental yang lebih baik, meningkatkan kontrol diri, dan dukungan sosial yang lebih besar dari orang lain. Pada dasarnya tingkat pendidikan memiliki pengaruh terhadap kesehatan melalui peningkatan kerja dan pendapatan.
Pendidikan merupakan jalan menuju hidup yang lebih baik. Meskipun hanya berkontribusi sedikit kepada kebahagiaan, namun beberapa orang menjalankan pendidikan untuk mengejar kebahagiaan. Dengan pendidikan yang baik maka diharapkan individu dapat melahirkan ide-ide kreatif yang dapat memberikan jalan keluar bagi berbagai masalah. Dengan begitu kebahagiaan akan datang dengan sendirinya.
Namun tidak terdapat korelasi yang signifikan antara kecerdasan dan kebahagiaan. Hubungan antara kecerdasan dengan kebahagiaan merefleksikan sebuah fakta bahwa ada perbedaan tipe atau bentuk kecerdasan. Misalnya, konsep kecerdasan emsional yang didefinisikan sebagai kemampuan dalam menggunakan informasi yang berkaitan dengan emosional secara efektif, yang ditunjukkan dengan hubungan pengaruh yang relevan antara kesehatan dengan kebahagiaan.

4.      Agama
Kebahagiaan dalam kaitannya terhadap peningkatan kualitas beragama memiliki pengaruh yang hanya sedikit. Tetapi peran agama cukup kuat dalam kaitannya dengan kesehatan fisik. Antara agama dan kesehatan memiliki manfaat terhadap keberlangsungan hidup yang relatif lebih lama dan dapat mengurangi penyakit Cardiovascular. Penjelasan tentang hubungan antara kesehatan, agama, dan spiritualitas dalam suatu penelitian lebih memfokuskan kepada hal yang masih memungkinkan untuk dapat ditelaah ulang terutaama peranan agama dalam membentuk emosi positif, optimisme, dan nilai transendensi sebagai tujuan dalam kehidupan yang lebih berarti, juga dapat mengenai pembentukan gaya hidup yang sehat dengan nilai agama dan spiritual (Baumgardner & Crothers, 2010).
Pengamalan keyakinan agama secara signifikan dapat mengurangi gejala afektif yang negatif dan merupakan cara yang paling efektif untuk mengatasi kesulitan hidup. Orang Amerika yang memiliki tingkat religiusitas tinggi memiliki kemungkinan yang kecil untuk terlibat pada penyalahgunaan narkoba, melakukan kejahatan, bercerai, dan bunuh diri. Dari segi fisik, orang yang lebih religious memiliki kesehatan yang baik dan biasanya berumur panjang (Seligman, 2005). Selain itu, semakin baik komitmen religius seseorang maka semakin baik pula tingkat hubungan dengan lingkungannya karena dengan berbagi aktivitas keagamaan maka dapat meningkatkan rasa solidaritas kelompok dan memperkuat ikatan kekeluargaan. Dengan demikian, relevansi yang paling tampak dari pada fakta-fakta tersebut adalah bahwa orang-orang yang religius lebih bahagia dan lebih puas terhadap kehidupan daripada orang yang tidak religius. Hubungannya adalah banyak agama yang melarang penggunaan narkotika, kejahatan, dan perselingkuhan, dan sebaliknya mendorong untuk lebih banyak beramal, menjalankan hidup yang sederhana, dan bekerja keras. Kemudian, hubungannya yang paling besar adalah rendahnya depresi, dan kelenturan menghadapi masalah. Agama mengisi manusia dengan harapan akan masa depan dan menciptakan makna dalam hidup.

5.      Ras, Etnis, dan Stigma
Pandangan negatif terhadap kelompok minoritas disuatu tempat berpengaruh terhadap aktualisasi diri individu dari kelompok minoritas tersebut, dan pada akhirnya berpengaruh terhadap kebahagiaannya. Namun, sebenarnya hal tersebut tidak memiliki pengaruh yang cukup besar terhadap kebahagiaan. Orang-orang minoritas biasanya berkumpul dan membentuk sebuah kelompok dimana di tempat tersebut orang lain dapat menerima dirinya dan menemukan kebahagiaannya.
Beberapa bukti menyatakan bahwa perbedaan antara ras mengalami penurunan dalam beberapa dekade terakhir. Ini terjadi karena pendapatan, pekerjaan dan status pekerja dapat terkendali sehingga perbedaan tersebut kian mengecil. Hal ini diakibatkan oleh adanya persamaan derajat dalam kesempatan dunia kerja. Dengan kata lain bahwa keberadaan ras memiliki sedikit pengaruh terhadap kesejahteraan subjektif, namun demikian tingkat kualitas ekonomi yang berkorelasi dengan ras memiliki dampak terhadap kebahagiaan (Baumgardner & Crothers, 2010).
Stigma dalam hubugannya dengan kebahagiaan dapat dijelaskan melalui kasus-kasus prasangka terhadap etnis misalnya. Prasangka biasanya berakibat pada sebuah konflik. Dengan alasan tersebut maka stigma sedikit tidaknya memiliki pengaruh terhadap kesejahteraan dan kebahagiaan.














Tidak ada komentar:

Posting Komentar