-syarifah zainab-
Segalanya akan berubah karena manusia selalu mencari, menemukan, kemudian mencari kembali hingga menemukan yang benar-benar membuatnya nyaman. Sekarang, apakah perubahan itu akan mewujudkan sebuah kebaikan? Jawabannya tentu ada di dalam diri kita masing-masing.
Segalanya akan berubah karena manusia selalu mencari, menemukan, kemudian mencari kembali hingga menemukan yang benar-benar membuatnya nyaman. Sekarang, apakah perubahan itu akan mewujudkan sebuah kebaikan? Jawabannya tentu ada di dalam diri kita masing-masing.
Manusia dilahirkan memiliki fitrah
untuk menjadi baik. Tetapi tidak dapat disangkal, manusia dengan segudang nafsu
yang dimilikinya juga tidak selalu dapat menghiraukan ajakan setan. Jika sudah
seperti itu, lalu, buat apa akal dan perasaan yang dikaruniakan Tuhan untuk
manusia? Lalu, apa artinya iman yang telah menyatu lama dalam tiap tetesan
darah kita?
Sesuatu yang baik dilihat dari sudut
pandang manapun adalah baik. Tidak perlu pembenaran yang dipaksa untuk
mengatakan kebaikan itu adalah salah. Semestinya manusia secara naluriah mampu
menyadari hal itu. Kecenderungan manusia yang malas berpikir dan berusaha-lah
yang menjadikan ia tidak mampu berpikiran ke depan. Dengki, iri, dendam,
kekecewaan yang berlarut-larut, malas yang dipelihara, mengaburkan tiap celah
titik terang menuju kebaikan.
Manusia terlalu betah memelihara
perasaan dan pikiran negatif tersebut. Manusia merasa sangat rendah walau hanya
sekedar memaafkan dan membuka hatinya untuk orang lain. Lupakah bahwa masih ada
hal yang lebih penting untuk dipikirkan, dirasakan, dan dilakukan dari pada
terus berjibaku dengan berbagai keluhan, kekecewaan, dan segala perasaan serta
pikiran yang tak membawa kebaikan sama sekali. Pernahkah terpikirkan bahwa
dendam, iri, dengki, dan sebagainya itu menghambat hidupmu? Oh, betapa ruginya
mereka yang memeliharanya. Betapa banyak waktu terbuang sia-sia. Coba kembali
dipikirkan, betapa banyak peluang kebaikan yang terlewatkan hanya karena
sedikit kekesalan yang ditumpuk menjadi kesakitan hati yang tak patut dipelihara
itu? Ternyata kita, manusia, tak juga mengerti bahwa tiap pikiran, perasaan, dan
tindakan yang kita lakukan untuk siapapun adalah tabungan kebaikan di akhirat
kelak, itupun jika kau percaya dengan hari pembalasan.
Kesalahan tak selamanya buruk karena
akan membawa manusia berpikir untuk menjadi lebih baik. Kau tahu, bukan? Bahwa
Tuhan Maha Pengasih, Maha Penyayang, dan Maha Pemberi Maaf. Kata terlambat
adalah hanya untuk mereka yang tidak ada niat berubah. Bersegeralah karena
menunda-nunda hanya akan membuat tumpul hatimu.
Sulit untuk merubah kebiasaan,
apalagi kebiasaan itu melenakan kita. Menggiurkan kehidupan duniawi yang hanya
dapat dinikmati sekali saja. Ditambah lagi dengan alasan yang kita lakukan
adalah tidak mengganggu siapapun dan tidak merugikan siapapun. Begitukah yang
terpikirkan? Sependek itukah pikiran manusia? Adakah sia-sia Tuhan telah
memerintahkan agar umatnya selalu membaca (iqra’)?
Bacalah, bacalah setiap apa yang
dilihat. Bacalah setiap langkah yang akan diambil dalam mewujudkan kebaikan
hatimu, keelokan budimu, kebagusan pikiranmu. Hingga kau dapat benar-benar merasakan
betapa sejuknya angin, betapa hangatnya mentari, dan betapa nikmatnya saat
hujan.
Adakah
kau berpikir tentang kepompong yang bermetamorfosis menjadi kupu-kupu?
Mengepakkan sayapnya, memperlihatkan keelokkannya, menuai senyum dari setiap
orang yang melihatnya. Sekian lama ia terkurung di dalam tempat yang gelap,
namun tidaklah ia berniat untuk tetap tinggal berlama-lama di tempat sempit
itu. Meskipun tempat itu memberikan kenyamanan, kehangatan, dan jauh dari
kebodohan dunia.
Tidak!
Ia harus keluar, karena ia punya tugas yang lebih mulia dari pada sekedar
menjadi kepompong. Ia harus menjadi ciptaan Tuhan yang bermanfaat. Menjalankan
tugasnya sebagai penebar kebaikan.
Bukankah
begitu semestinya wahai, manusia. Adakah kau juga ingin mengepakkan sayap
indahmu? Sayap kebaikanmu? Menjadi bermanfaat bagi Ayah, Ibu, Kakak dan adikmu?
Hingga meluas kepada seluruh manusia disekelilingmu.
Berubahlah..
Kembangkan
sayap-sayap kebaikanmu, maka langkahmu akan berarti. Rajut helai-helai senyum
setiap orang yang kau temui, hingga membentuk sekumpulan mozaik yang menyatukan
kembali orang-orang yang kau sayangi di hari akhir nanti.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar